Penggunaan Bahasa
Berbahasa secara komunikatif berarti cara menggunakan
bahasa sesuai dengan fungsi-fungsi komunikasi bahasa agar mudah dipahami oleh
pendengar atau pembaca. Namun harus disadari bahwa cara menggunakan bahasa
tidak cukup hanya merangkai bunyi, kata, kalimat, paragraf, atau bahkan wacana.
Berkomunikasi dengan merangkaikan bunyi barulah sebagian dari penggunaan bahasa
yang disebut dengan istilah locutionary
act (Austin, 1978) atau utterence act
(Searle, 1987). Di dalam tindak lokusi itulah terklandung pesan. Pesan yang
terkandung di dalam tindak lokusi itu disebut illuctionary act (Austin, 1978) atau proposional act (Searle, 1987). Pendapat ini untuk mengakomodasi
adanya pesan yang tidak disampaikan melalui rangkaian bunyi tetapi
disembunyikan di balik rangkaian bunyi (di nalik tindak kolusi).
Kegiatan Berkomunikasi
Komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis
yang berarti sama atau menjadi milik bersama. Jika Anda berkomunikasi dengan
orang lain , berarti Anda berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain
tersebut menjadi miliknya.
Berikut
ini pengertian komunikasi berdasarkan para ahli:
1.
Onong Cahyana Effendi, komunikasi
merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu , mengubah sikap , pendapat , atau perilaku , baik dengan cara
lisan ( langsung ) ataupun tidak langsung ( melewati media )
2.
Raymond Ross, komunikasi merupakan
proses menyortir, memilih, serta pengiriman simbol-simbol yang sedemikian rupa
sehingga membantu pendengar menanggapinya dengan respon atau makna dari
pemikiran yang sama dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
3.
Harold Laswell, komunikasi merupakan
gambaran mengenai siapa, berbicara apa, melewati media apa, terhadap siapa,
serta apa dampaknya.
4.
Gerald R. Miller, komunikasi terjadi
saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima secara sadar untuk
mempengaruhi perilaku mereka
5.
Himstreet dan Beaty, komunikasi
merupakan sebuah proses pertukaran informasi antar individu melewati sebuah
sistem yang lazim (biasa), baik dengan simbol - simbol, sinyal-sinyal, maupun
perilaku atau tindakan.
6.
Hovland, Janis serta Kelley,
komunikasi adalah proses individu mengirimkan rangsangan (stimulus) yang
biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada
pengertian ini mereka berpendapat komunikasi merupakan sebuah proses.
7.
Bovee, komunikasi merupakan sebuah
proses pengiriman atau penerimaan pesan.
8.
Laswell, komunikasi merupakan proses
yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, terhadap siapa dengan
efek apa.
9.
Colin Cherry, komunikasi adalah
proses dimana pihak - pihak saling menggunakan informasi untuk mencapai tujuan
bersama dan berkaitan dengan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan
serta pembangkitan balasannya.
10. Kafried Knapp, komunikasi adalah interaksi antar pribadi
yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata -
kata) dan non verbal. Sistem ini dapat disosialisasikan dengan cara langsung
atau tatap muka atau melalui media lain seperti tulisan, oral, dan visual.
Fungsi Komunikatif Bahasa
Bagaimana cara bahasa itu digunakan untuk berkomunikasi
merupakan fungsi komunikatif bahasa. Bahasa memerankan perannya sebagai
penghubung, pengantar dan perantara dalam meularkan informasi kepada seseorang
bahkan pada suatu kelompok tertentu. Manusia yang berbudaya pasti memiliki
bahasa, karena bahasa mencerminkan dan menggambarkan kebudayaan penuturnya.
Fungsi komunikatif bahasa dapat kita identifikasi menjadi 11
(sebelas) macam. Namun, tidak menutut kemungkinan fungsi komunikatif bahasa
dapat bertambah berdasarkan pendeskripsiannya yakni pemakaian bahasa. Fungsi
komunikatif bahasa juga disebut dengan fungsi mikro yakni fungsi bahasa yang
secara spesifik digunakan dalam kegiatan komunikasi. Baiklah, berikut
fungsi-fungsi komunikatif bahasa:
1.
Fungsi Informatif
Maksudnya adalah bahwa bahasa dapat digunakan sebagai
penyampai informasi kepada orang lain atau satuan orang yang lebih besar bisa
jadi masyarakat bahkan suatu negara, pastinya kepada pendengar maupun kepada
pembaca. Informasi tersebut berupa pikiran maupun perasaan yang ada dalam diri
seseorsng. Adapun subfungsi dari fungsi informatif yakni 1) untuk menjelaskan,
2) untuk membuat rincian, 3) untuk beralih topik, 4) untuk mengidentifikasi, 5)
untuk menghubungkan dan menggarisbawahi, 6) untuk menghubungkan secara analogi,
dan sebagainya.
2.
Fungsi Transaksional
Memiliki
maksud, bahwa bahasa dipakai untuk mengadakan suatu hubungan antar seseorang
dengan orang lain. sebagai contoh dari fungsi transaksional ini adalah ketika
kita akan saling bertemu, akan salaing berkomunikasi, maupun mau saling
membantu. di sini ada fungsi komunikatif bahasa yakni fungsi transaksional.
3.
Fungsi Interaksional
Maksudnya adalah, bahasa dapat digunakan untuk saling
berhubungan satu dengan yang lainnya dalam segala keperluan. Kita tentunya
mengetahui bahwa kita tidak mungkin hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari
orang lain, yang sering disebut makhluk sosial yang memiliki kebutuhn uhntuk
selalu menjalin komunikasi dan hubungan dalam semua keperluan. Contoh yang pasti
saat seseorang membicarakan masalah pekerjaan, masalah-masalah kekehidupan yang
berhubungan dengan kemasyarakatan atau kehidupan sosial lainnya.
4.
Fungsi Komisif
Fungsi komisif memiliki maksud bahwa bahasa dapat
difungsikan dan digunakan untuk menyatakan sanggup tidaknya mengenai sesuatu
dengan orang lain. Misalnya, kesanggupan untuk menjaga keamanan lingkungan,
sanggup untuk datang dalam acara tertentu, tidak sanggup untuk memberikan
bantuan kepada orang lain, tidak sanggup untuk mengikuti kegiatan kemasyarakatan
dan lainnya. seperti halnya fungsi informatif, fungsi komisif juga memiliki
subfungsi komisif yakni 1) untuk menolak secara langsung, 2) untuk menolak
secara tidak langsung, 3) untuk menyatakan kesanggupan, 4) untuk menyatakan
ketidak sanggupan, 5) untuk menyatakan persetujuan dan lainnya.
5.
Fungsi Direktif
Fungsi direktif memiliki maksud bahasa dapat digunakan dalam
menyampaikan saran, permintaan, membujuk, meyakinkan orang lain dan sebagainya.
Sebagai contoh, apabila kamu mau bekerja di Perusahaan Maju Mundur kamu akan
aku angkat sebagai menejer untuk memimpin perusahaan tersebut (bujukan), dengan
bukti dari guru yang bersangkutan nilai siswa A dinyatakan tidak layak lulus
karena bukti ini telah menunjukan siswa A mencontek (meyakinkan orang lain). Adapun
subfokus dari fungsi direktif yaitu 1) untuk meyakinkan, 2) untuk memberi
kritik, 3) untuk mengharapkan sesuatu, 4) untuk membujuk, 5) untuk memberi
saran, 6) untuk memerintah secara tidak langsung.
6.
Fungsi Konatif
Fungsi
ini memiliki maksud bahwa bahasa dapat digunakan untuk mencairkan pembicaraan
antara penutur dengan mitra tutur. Sebagai contoh, "Hai apa kabar, katanya
sekarang kamu sudah diangkat menjadi pegawai negeri yah?. Subfokus dari fungsi
konatif ini yaitu 1) menanyakan kondisi mitra tutur, 2) untuk menyapa pada saat
berpapasan dengan mitra tutur, dal lain sebagainnya.
7.
Fungsi Ekspresif
Fungsi ini memiliki maksud bahwa bahasa dpat digunakan untuk
mengungkapkan perasaan, masalah pribadi, berbicara dari hati ke hati, suasana
hati, berbicara dalam hati. Misalnya, "Sekarang saya kok jadi gampang
lupaan ya mas?, Apa karena saya terlalu banyak fikiran? Padahal umur saya baru
23 tahun". Sub fungsi dari fungsi ekspresif ini adalah 1) untuk
mengungkapkan kekecewaan, 2) menyatakan pengalaman pribadi, 3) menyatakan
pendapat pribadi, 4) untuk menyatakan sikap pribadi.
8.
Fungsi Regulatory
Fungsi regulatory adalah bahwa bahasa dapat digunakan untuk
mengontrol suatu peristiwa. Misalnya "Sebagai seorang pejabat yang
bertujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat, tidak boleh melakukan
pencitraan, karena hal tersebut membodohi rakyat".
9.
Fungsi Heuristik
Maksud dari fungsi heuristik adalah bahasa dapat digunakan
untuk mengenali lingkungan seperti anak kecil ingin mengenali sesuatu yang
belum dikenal sebelumnya. Sebagai contoh "Tadi itu orang mana Mas?",
"Apa yang Anda maksud dengan Hegemoni di bumi ini gagal?".
ungsi Instrumental
Maksudnya adalah, bahasadapat digunakan untuk memanipulasi
lingkungan sehingga terjadi suatu peristiwa. Misalnya, "Campurkanlah pupuk
kandang dengan pupuk kimia kemudian masukan dedaunan hijau, lalu tutuplah
rapat-rapat dan tunggu kira-kira tiga minggu pasti akan menjadi pupuk
kompos".
Fungsi Imajinatif
Maksudnya
yaitu bahwa bahasa dapat digunakan untuk menciptakan ide-ide yang bersifat
imajiner dan mengandung keindahan. Misalnya untuk menulis cerpen, novel, puisi
dan lain sebagainya.
Faktor Penentu Kesantuan
Ketika berkomunikasi dengan mitra tutur, penutur harus
menjalin interaksi yang baik melalui berbagai macam tuturan. Agar penutur dapat
memahami berbagai macam tuturan, maka ia harus menguasai berbagai seluk-beluk
komunikasi yang baik. Salah satunya adalah dengan mengunakan bahasa yang
santun. Bahasa pada dasarnya berfungsi sebagai alat komunikasi untuk saling
bertukar informasi dan juga menjadi perekat hubungan antara pembicara dan
pendengar. Untuk dapat merekatkan hubungan antara pembicara dan pendengar dalam
suatu peristiwa tutur, penutur dan petutur diharapkan menggunakan bahasa yang
santun. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati
bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi
prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Dengan menggunakan bahasa yang
santun kemungkinan terjadinya konflik akan semakin kecil. Ketika seseorang
melakukan tindak tutur yang baik dan benar, artinya seseorang yang melakukan
suatu tuturan tersebut tidak melukai lawan bicaranya, maka dapat
dipastikan bahwa proses berkomunikasi akan berjalan dengan lancar. Konteks
dalam suatu tindak tuturmemiliki peran yang sangat penting.
Rahardi (2012 : 9) mengatakan “di dalam ilmu pragmatik,
bahasa diteliti tidak lepas dan harus sesuai dengan konteks bahasa yang
dimaksud. Bahasa dan konteks dalam pragmatik menjadi satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan”. Penilaian kesantunan berbahasa yaitu bagaimana kita
bertutur dan dengan siapa kita bertutur. Hakikatnya kesantunan berbahasa adalah
etika kita dalam bersosioalisasi di masyarakat dengan penggunaan, pemilihan
kata yang baik dengan memerhatikan di mana, kapan, kepada siapa, dan dengan
tujuan apa kita berbicara secara santun. Budaya Indonesia kita menilai
berbicara dengan menggunakan bahasa yang santun akan memperlihatkan sejatinya
kita sebagai manusia yang beretika, berpendidikan dan berbudaya. Kesantunan
berbahasa dapat dilakukan karena adanya dorongan oleh sikap menghargai dan
sikap hormat terhadap pihak lain sehingga dengan adanya sikap saling menghargai
dan saling menghormati pihak lain dalam situasi pertuturan akan menghasilkan
komunikasi yang efektif sesuai dengan yang dikehendaki. Oleh sebab itu,
kesantunan berbahasa dalam tindak tutur sangat memiliki kedudukan yang utama
dan penting dalam berkomunikasi karena kepribadian seseorang akan tercermin
melalui bahasa yang diujarkan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kesantunan Berbahasa
Dalam berkomunikasi kita tidak semata-mata menyampaikan
suatu informasi atau pesan terhadap seseorang tetapi dibalik penyampaian pesan
tersebut ada etika kita sebagai masyarakat pemakai bahasa. Bagaimana kita
memiliki dan menyadari cara atau beretuka ketika berkomunikasi agar komunikator
dan komunikan tidak terjadi perselisihan. Untuk menghindari terjadinya
perselisihan tersebut kita harus dapat memahami keadaan lingkungan. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang harus dapat bertika
dalam berbahsa karena kesantunan berbahasa sangat mempengaruhi situasi
komunikasi tersebut.Oleh karena itu, berikut akan dijelaskan mengenai faktor
penentu yang berpegaruh kepada kesantunan berbahasa masyarakat atau pemakai
bahasa.
1.
Konteks Situasi
Kesantunan merupakan fenomena pragmatik, maka ia dipengaruhi
oleh konteks. Masyarakat tidak pernah terlepas dari peristiwa tutur yang tidak
terikat oleh waktu, tempat sitasi artinya peristiwa tutur dapat terjadi dimana
saja dan kapan saja. Waktu, tempat dan situasi yang berbeda dapat menyebabkan
adanya penggunaan variasi bahasa, hal ini sangat berkaitan dengan kesantunan
berbahasa, misalnya berbicara dengan teman dan berbicara dengan dosen dalam
situasi resmi maka hal ini sangat perlu memperhatikan kesantunan berbahasa
karena bahasa yang kita gunakan dengan dua konteks situasi yang berbeda
tersebut harus diperhatikan agar tidak muncul perkataan bahwa orang yang
bersangkutan tidak memiliki etika dan tidak santun berbahasa bahkan tidah
mengenal lawan tuturnya. Kemudian contoh lain, yaitu ketika seseorang
hendak melakukan peristiwa tutur yang berkenaan dengan “cara meminta”.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa semakin panjang tuturan
seseorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada
lawan bicaranya. Demikian pula, tuturan yang diutarakan secara tidak langsung
biasanya lebih sopan daripada dengan tuturan yang diutarakan secara langsung.
2.
Konteks Sosial
Fishman (dalam Abdul Chaer,1995:51) mengatakan “adanya
tingkatan sosial di dalam masyarakat dapat dilihat dari dua segi: pertama, dari
segi kebangsawanan (kalau ada),dan kedua, dari segi kedudukan sosial yang
ditandai dengan tingkatan pendidikan dan keadaan perekonomian yang dimiliki.
Biasanya yang memiliki pendidikan lebih baik memperoleh kemungkinan untuk
memperoleh taraf perekonomian yang lebih baik pula tetapi ini tidak mutlak.
Bisa saja taraf pendidikannya lebih baik namun, taraf perekonomiannya kurang
baik. Sebaliknya, yang memiliki taraf pendidikan kurang tetapi memiliki taraf
perekonomian yang baik”. Adanya hubungan yang jelas antara konteks sosial
dan vasiasi bahasa yang diucapkan dapat mempengaruhi ingkat kesantunan
seseorang untuk bertutur. Pilihan atas formulasi kesantunan tergantung pada
jarak sosial dan kekuasaan diantara kedua pihak. Apabila terdapat jarak sosial,
kesantunan dikodekan dan terdapat banyak ketidaklangsungan ujaran. Ketika jarak
sosial berkurang, berkurang pula negatif politeness dan ketidaklangsungan. Variabel
yang menentukan jarak sosial adalah tingkat keakraban, perbedaan status, peran,
usia, gender, pendidikan, kelas, pekerjaan dan etnisitas.
3.
Konteks Budaya
Bahasa bagian dari kebudayaan. Kebudayaan merupakan sistem
yang mengatur interakasi manusia, sedangkan kebahasaan merupakan sistem yang
berfungsi sebagai sarana keberlangsungan sarana itu. Silzer (dalam Abdul
Chaer, 1995:218) mengatakan “bahasa dan budaya merupakan dua buah fenomena yang
terikat yang tidak dapat dipisahkan”. Bahasa bukan hanya menentukan corak
budaya tetapi juga menentukan cara dan jalan pikiran manusia, dan oleh karena
itu, mempengaruhi pula tindak lakunya. Dengan kata lain, suatu bangsa yang
berbeda bahasanya dari bangsa lain, akan mempunyai corak budaya dan jalan
pikiranya yang berbeda pula. Jadi, perbedaan-perbedaan budaya dan jalan pikiran
manusia itu bersumber dari perbedaan bahasa atau tanpa adanya bahasa manusia
tidak mempunyai pikiran sama sekali. Kalau bahasa itu mempengaruhi kebudayaan
dan jalan pikiran manusia, ciri-ciri yang ada dalam suatu bahasa akan tecermin
pada sikap dan budaya penuturnya.
Faktor yang Menggagalkan Komunikasi
Faktor-faktor
Penghambat Komunikasi
a.
Hambatan sosio-antro-psikologis
Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Ini
berarti bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi
dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi,
terutama situasi yang berhubungan dengan faktor-faktor
sosiologis-antropologis-psikologis.
Masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan yang
menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan,
tingkat kekayaan, dan sebagainya yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi
kelancaran komunikasi.
Komunikasi akan berjalan lancar jika suatu pesan yang
disampaikan komunikator diterima oleh komunikan secara tuntas, yaitu diterima
dalam pengertian received atau secara inderawi, dan dalam pengertian accepted
atau secara rohani.
Seorang pemirsa televisi mungkin menerima acara yang
disiarkan dengan baik karena gambar yang tampil pada pesawat televisi amat
terang dan suara yang keluar amat jelas, tetapi mungkin ia tidak dapat menerima
ketika seorang pembicara pada acara itu mengatakan bahwa daging babi lezat
sekali. Si pemirsa tadi hanya menerimanya dalam pengertian accepted. Jadi
teknologi komunikasi tanpa dukungan kebudayaan tidak akan berfungsi.
Faktor psikologis seringkali menjadi hambatan dalam
komunikasi. Hal ini umumnya disebabkan si komunikator sebelum melancarkan
komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan. Komunikasi sulit untuk berhasil
apabila komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati,
dan kondisi psokologis lainnya; juga jika komunikasi menaruh prasangka
(prejudice) kepada komunikator.
Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan
komunikasi, karna orang yang berprasangka belum apa-apa bersikap menentang
komunikator. Pada orang yang bersifat prasangka emosinya menyebabkan dia
menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran secara rasional.
Prasangka sebagai faktor psikologis dapat disebabkan oleh
aspek antropologis dan sosiologis; dapat terjadi pada ras, bangsa, suku bangsa,
agama, partai politik, kelompok dan apa saja yang bagi seseorang merupakan
suatu perangsang disebabkan dalam pengalamannya pernah di beri kesan yang tidak
enak. (Effendy, 1986 : 13)
b.
Hambatan Semantis
Jika hambatan sosiologis-antropologis-psikologis terdapat
pada pihak komunikan, maka hambatan semantis terdapat pada diri komunikator.
Faktor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator
sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Demi
kelancaran komunikasinya, seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan
gangguan semantis ini, sebab salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan
salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), yang
pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscomunication).
c.
Hambatan mekanis
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang kita alami dalam kehiduan
sehari-hari; suara telepon yang krotokan, ketika huruf yang buram pada surat,
suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, berita surat kabar yang sulit
dicari sambungan kolomnya, gambar yang meliuk-liuk pada pesawat televisi, dan
lain-lain.
d.
Hambatan Ekologis
Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan
lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari
lingkungannya.
Contoh
hambatan ekologis adalah suara riuh orang-orang atau kebisingan lalu-lintas, suara
hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat, dan lain-lain pada saat
komunikator sedang berpidato. (Effendy, 1986 : 16)
Faktor Kebahasaan Sebagai Penanda
Kesantunan
Faktor kebahasaan yaitu
faktor-faktor yang menyangkut masalah bahasa yang seharusnya dipenuhi pada
waktu seseorang berbicara. Berikut ini pembahasan satu persatu tentang
faktor-faktor kebahasaan tersebut.
Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan
diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi yang kurang
tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang
menarik.pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang dianggap cacat bisa mengalihkan
perhatian pendengar.
2.
Penempatan Tekanan, Nada, dan Durasi yang Sesuai
Kesesuaian tekanan, nada dan durasi
merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan
factor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, apabila
disampaikan dengan penempatan tekanan, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan
masalah menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hamper
dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan, dan keefektifan berbicara menjadi
berkurang.
3. Diksi atau Pilihan Kata
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas,
dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar. pemilihan kata yang bertele-tele akan membuat aktivitas komunikasi yang terjadi tidak sesuai dengan tujuan awal, dan akan berakhir menjadi kebingungan antara petutur dan mitra tutur.
4. Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Hal ini menyangkut pemakaian
kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat yang efektif akan memudahkan
pendengar memahami isi pembicaraan. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar
pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu
menyusun kalimat efektif, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, menimbulkan
kesan, atau menimbulkan akibat. Dalam peristiwa komunikasi, kalimat tidak hanya
berfungsi sebagai penyampaian dan penerimaan informasi belaka, tetapi mencakup
semua aspekekspresi kejiwaan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Pranowo.
2015. TEORI BELAJAR BAHASA. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
http://dmsprmn.blogspot.com/2012/10/bahasa-indonesia-secara-baik-dan-benar.html
http://denyseto.blogspot.com/2013/10/penggunaan-bahasa-indonesia-yang-baik_24.html
https://aliseptiansyah.wordpress.com/2014/10/08/penggunaan-bahasa-indonesia-dengan-baik-dan-benar/
http://www.ilmusahid.com/2015/09/pengertian-komunikasi-tujuan-komunikasi.html
http://www.gurungapak.com/2016/04/fungsi-komunikatif-bahasa.html
http://yunitamartha.weblog.esaunggul.ac.id/tag/faktor-faktor-penghambat-komunikasi/
http://wew-kelasx.blogspot.co.id/2011/08/faktor-kebahasaan-dan-nonkebahasaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar