Minggu, 17 Desember 2017

Berbahasa Secara Komunikatif dan Santun



Penggunaan Bahasa
Berbahasa secara komunikatif berarti cara menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi-fungsi komunikasi bahasa agar mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Namun harus disadari bahwa cara menggunakan bahasa tidak cukup hanya merangkai bunyi, kata, kalimat, paragraf, atau bahkan wacana. Berkomunikasi dengan merangkaikan bunyi barulah sebagian dari penggunaan bahasa yang disebut dengan istilah locutionary act (Austin, 1978) atau utterence act (Searle, 1987). Di dalam tindak lokusi itulah terklandung pesan. Pesan yang terkandung di dalam tindak lokusi itu disebut illuctionary act (Austin, 1978) atau proposional act (Searle, 1987). Pendapat ini untuk mengakomodasi adanya pesan yang tidak disampaikan melalui rangkaian bunyi tetapi disembunyikan di balik rangkaian bunyi (di nalik tindak kolusi).
 
Kegiatan Berkomunikasi
Komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadi milik bersama. Jika Anda berkomunikasi dengan orang lain , berarti Anda berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. 
Berikut ini pengertian komunikasi berdasarkan para ahli:
1.      Onong Cahyana Effendi, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu , mengubah sikap , pendapat , atau perilaku , baik dengan cara lisan ( langsung ) ataupun tidak langsung ( melewati media )
2.      Raymond Ross, komunikasi merupakan proses menyortir, memilih, serta pengiriman simbol-simbol yang sedemikian rupa sehingga membantu pendengar menanggapinya dengan respon atau makna dari pemikiran yang sama dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
3.      Harold Laswell, komunikasi merupakan gambaran mengenai siapa, berbicara apa, melewati media apa, terhadap siapa, serta apa dampaknya.
4.      Gerald R. Miller, komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima secara sadar untuk mempengaruhi perilaku mereka
5.      Himstreet dan Beaty, komunikasi merupakan sebuah proses pertukaran informasi antar individu melewati sebuah sistem yang lazim (biasa), baik dengan simbol - simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan.
6.      Hovland, Janis serta Kelley, komunikasi adalah proses individu mengirimkan rangsangan (stimulus) yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada pengertian ini mereka berpendapat komunikasi merupakan sebuah proses.
7.      Bovee, komunikasi merupakan sebuah proses pengiriman atau penerimaan pesan.
8.      Laswell, komunikasi merupakan proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, terhadap siapa dengan efek apa.
9.      Colin Cherry, komunikasi adalah proses dimana pihak - pihak saling menggunakan informasi untuk mencapai tujuan bersama dan berkaitan dengan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan serta pembangkitan balasannya.
10.  Kafried Knapp, komunikasi adalah interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata - kata) dan non verbal. Sistem ini dapat disosialisasikan dengan cara langsung atau tatap muka atau melalui media lain seperti tulisan, oral, dan visual.
 
Fungsi Komunikatif Bahasa
Bagaimana cara bahasa itu digunakan untuk berkomunikasi merupakan fungsi komunikatif bahasa. Bahasa memerankan perannya sebagai penghubung, pengantar dan perantara dalam meularkan informasi kepada seseorang bahkan pada suatu kelompok tertentu. Manusia yang berbudaya pasti memiliki bahasa, karena bahasa mencerminkan dan menggambarkan kebudayaan penuturnya.
Fungsi komunikatif bahasa dapat kita identifikasi menjadi 11 (sebelas) macam. Namun, tidak menutut kemungkinan fungsi komunikatif bahasa dapat bertambah berdasarkan pendeskripsiannya yakni pemakaian bahasa. Fungsi komunikatif bahasa juga disebut dengan fungsi mikro yakni fungsi bahasa yang secara spesifik digunakan dalam kegiatan komunikasi. Baiklah, berikut fungsi-fungsi komunikatif bahasa:
 
1.      Fungsi Informatif
Maksudnya adalah bahwa bahasa dapat digunakan sebagai penyampai informasi kepada orang lain atau satuan orang yang lebih besar bisa jadi masyarakat bahkan suatu negara, pastinya kepada pendengar maupun kepada pembaca. Informasi tersebut berupa pikiran maupun perasaan yang ada dalam diri seseorsng. Adapun subfungsi dari fungsi informatif yakni 1) untuk menjelaskan, 2) untuk membuat rincian, 3) untuk beralih topik, 4) untuk mengidentifikasi, 5) untuk menghubungkan dan menggarisbawahi, 6) untuk menghubungkan secara analogi, dan sebagainya.
 
2.      Fungsi Transaksional
Memiliki maksud, bahwa bahasa dipakai untuk mengadakan suatu hubungan antar seseorang dengan orang lain. sebagai contoh dari fungsi transaksional ini adalah ketika kita akan saling bertemu, akan salaing berkomunikasi, maupun mau saling membantu. di sini ada fungsi komunikatif bahasa yakni fungsi transaksional.

3.      Fungsi Interaksional
Maksudnya adalah, bahasa dapat digunakan untuk saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam segala keperluan. Kita tentunya mengetahui bahwa kita tidak mungkin hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain, yang sering disebut makhluk sosial yang memiliki kebutuhn uhntuk selalu menjalin komunikasi dan hubungan dalam semua keperluan. Contoh yang pasti saat seseorang membicarakan masalah pekerjaan, masalah-masalah kekehidupan yang berhubungan dengan kemasyarakatan atau kehidupan sosial lainnya.
 
4.      Fungsi Komisif
Fungsi komisif memiliki maksud bahwa bahasa dapat difungsikan dan digunakan untuk menyatakan sanggup tidaknya mengenai sesuatu dengan orang lain. Misalnya, kesanggupan untuk menjaga keamanan lingkungan, sanggup untuk datang dalam acara tertentu, tidak sanggup untuk memberikan bantuan kepada orang lain, tidak sanggup untuk mengikuti kegiatan kemasyarakatan dan lainnya. seperti halnya fungsi informatif, fungsi komisif juga memiliki subfungsi komisif yakni 1) untuk menolak secara langsung, 2) untuk menolak secara tidak langsung, 3) untuk menyatakan kesanggupan, 4) untuk menyatakan ketidak sanggupan, 5) untuk menyatakan persetujuan dan lainnya.
 
5.      Fungsi Direktif
Fungsi direktif memiliki maksud bahasa dapat digunakan dalam menyampaikan saran, permintaan, membujuk, meyakinkan orang lain dan sebagainya. Sebagai contoh, apabila kamu mau bekerja di Perusahaan Maju Mundur kamu akan aku angkat sebagai menejer untuk memimpin perusahaan tersebut (bujukan), dengan bukti dari guru yang bersangkutan nilai siswa A dinyatakan tidak layak lulus karena bukti ini telah menunjukan siswa A mencontek (meyakinkan orang lain). Adapun subfokus dari fungsi direktif yaitu 1) untuk meyakinkan, 2) untuk memberi kritik, 3) untuk mengharapkan sesuatu, 4) untuk membujuk, 5) untuk memberi saran, 6) untuk memerintah secara tidak langsung.
 
6.      Fungsi Konatif
Fungsi ini memiliki maksud bahwa bahasa dapat digunakan untuk mencairkan pembicaraan antara penutur dengan mitra tutur. Sebagai contoh, "Hai apa kabar, katanya sekarang kamu sudah diangkat menjadi pegawai negeri yah?. Subfokus dari fungsi konatif ini yaitu 1) menanyakan kondisi mitra tutur, 2) untuk menyapa pada saat berpapasan dengan mitra tutur, dal lain sebagainnya.

7.      Fungsi Ekspresif
Fungsi ini memiliki maksud bahwa bahasa dpat digunakan untuk mengungkapkan perasaan, masalah pribadi, berbicara dari hati ke hati, suasana hati, berbicara dalam hati. Misalnya, "Sekarang saya kok jadi gampang lupaan ya mas?, Apa karena saya terlalu banyak fikiran? Padahal umur saya baru 23 tahun". Sub fungsi dari fungsi ekspresif ini adalah 1) untuk mengungkapkan kekecewaan, 2) menyatakan pengalaman pribadi, 3) menyatakan pendapat pribadi, 4) untuk menyatakan sikap pribadi.
 
8.      Fungsi Regulatory
Fungsi regulatory adalah bahwa bahasa dapat digunakan untuk mengontrol suatu peristiwa. Misalnya "Sebagai seorang pejabat yang bertujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat, tidak boleh melakukan pencitraan, karena hal tersebut membodohi rakyat".
 
9.      Fungsi Heuristik
Maksud dari fungsi heuristik adalah bahasa dapat digunakan untuk mengenali lingkungan seperti anak kecil ingin mengenali sesuatu yang belum dikenal sebelumnya. Sebagai contoh "Tadi itu orang mana Mas?", "Apa yang Anda maksud dengan Hegemoni di bumi ini gagal?".
 
ungsi Instrumental
Maksudnya adalah, bahasadapat digunakan untuk memanipulasi lingkungan sehingga terjadi suatu peristiwa. Misalnya, "Campurkanlah pupuk kandang dengan pupuk kimia kemudian masukan dedaunan hijau, lalu tutuplah rapat-rapat dan tunggu kira-kira tiga minggu pasti akan menjadi pupuk kompos".
 
Fungsi Imajinatif         
Maksudnya yaitu bahwa bahasa dapat digunakan untuk menciptakan ide-ide yang bersifat imajiner dan mengandung keindahan. Misalnya untuk menulis cerpen, novel, puisi dan lain sebagainya.

Faktor Penentu Kesantuan
Ketika berkomunikasi dengan mitra tutur, penutur harus menjalin interaksi yang baik melalui berbagai macam tuturan. Agar penutur dapat memahami berbagai macam tuturan, maka ia harus menguasai berbagai seluk-beluk komunikasi yang baik. Salah satunya adalah dengan mengunakan bahasa yang santun. Bahasa pada dasarnya berfungsi sebagai alat komunikasi untuk saling bertukar informasi dan juga menjadi perekat hubungan antara pembicara dan pendengar. Untuk dapat merekatkan hubungan antara pembicara dan pendengar dalam suatu peristiwa tutur, penutur dan petutur diharapkan menggunakan bahasa yang santun. Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Dengan menggunakan bahasa yang santun kemungkinan terjadinya konflik akan semakin kecil. Ketika seseorang melakukan tindak tutur yang baik dan benar, artinya seseorang yang melakukan suatu tuturan tersebut  tidak melukai lawan bicaranya, maka dapat dipastikan bahwa proses berkomunikasi akan berjalan dengan lancar. Konteks dalam suatu tindak tuturmemiliki peran yang sangat penting.
Rahardi (2012 : 9) mengatakan “di dalam ilmu pragmatik, bahasa diteliti tidak lepas dan harus sesuai dengan konteks bahasa yang dimaksud. Bahasa dan konteks dalam pragmatik menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan”.  Penilaian kesantunan berbahasa yaitu bagaimana kita bertutur dan dengan siapa kita bertutur. Hakikatnya kesantunan berbahasa adalah etika kita dalam bersosioalisasi di masyarakat dengan penggunaan, pemilihan kata yang baik dengan memerhatikan di mana, kapan, kepada siapa, dan dengan tujuan apa kita berbicara secara santun. Budaya Indonesia kita menilai berbicara dengan menggunakan bahasa yang santun akan memperlihatkan sejatinya kita sebagai manusia yang beretika, berpendidikan dan berbudaya. Kesantunan berbahasa dapat dilakukan karena adanya dorongan oleh sikap menghargai dan sikap hormat terhadap pihak lain sehingga dengan adanya sikap saling menghargai dan saling menghormati pihak lain dalam situasi pertuturan akan menghasilkan komunikasi yang efektif sesuai dengan yang dikehendaki. Oleh sebab itu, kesantunan berbahasa dalam tindak tutur sangat memiliki kedudukan yang utama dan penting dalam berkomunikasi karena kepribadian seseorang akan tercermin melalui bahasa yang diujarkan.
 
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesantunan Berbahasa
Dalam berkomunikasi kita tidak semata-mata menyampaikan suatu informasi atau pesan terhadap seseorang tetapi dibalik penyampaian pesan tersebut ada etika kita sebagai masyarakat pemakai bahasa. Bagaimana kita memiliki dan menyadari cara atau beretuka ketika berkomunikasi agar komunikator dan komunikan tidak terjadi perselisihan. Untuk menghindari terjadinya perselisihan tersebut kita harus dapat memahami keadaan lingkungan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang harus dapat bertika dalam berbahsa karena kesantunan berbahasa sangat mempengaruhi situasi komunikasi tersebut.Oleh karena itu, berikut akan dijelaskan mengenai faktor penentu yang berpegaruh kepada kesantunan berbahasa masyarakat atau pemakai bahasa.
 
1.      Konteks Situasi
Kesantunan merupakan fenomena pragmatik, maka ia dipengaruhi oleh konteks. Masyarakat tidak pernah terlepas dari peristiwa tutur yang tidak terikat oleh waktu, tempat sitasi artinya peristiwa tutur dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Waktu, tempat dan situasi yang berbeda dapat menyebabkan adanya penggunaan variasi bahasa, hal ini sangat berkaitan dengan kesantunan berbahasa, misalnya berbicara dengan teman dan berbicara dengan dosen dalam situasi resmi maka hal ini sangat perlu memperhatikan kesantunan berbahasa karena bahasa yang kita gunakan dengan dua konteks situasi yang berbeda tersebut harus diperhatikan agar tidak muncul perkataan bahwa orang yang bersangkutan tidak memiliki etika dan tidak santun berbahasa bahkan tidah mengenal lawan tuturnya.  Kemudian contoh lain, yaitu ketika seseorang hendak  melakukan peristiwa tutur yang berkenaan dengan “cara meminta”.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa semakin panjang tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada lawan bicaranya. Demikian pula, tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya lebih sopan daripada dengan tuturan yang diutarakan secara langsung.
 
2.      Konteks Sosial  
 Fishman (dalam Abdul Chaer,1995:51) mengatakan “adanya tingkatan sosial di dalam masyarakat dapat dilihat dari dua segi: pertama, dari segi kebangsawanan (kalau ada),dan kedua, dari segi kedudukan sosial yang ditandai dengan tingkatan pendidikan dan keadaan perekonomian yang dimiliki. Biasanya yang memiliki pendidikan lebih baik memperoleh kemungkinan untuk memperoleh taraf perekonomian yang lebih baik pula tetapi ini tidak mutlak. Bisa saja taraf pendidikannya lebih baik namun, taraf perekonomiannya kurang baik. Sebaliknya, yang memiliki taraf pendidikan kurang tetapi memiliki taraf perekonomian yang baik”. Adanya hubungan yang jelas antara  konteks sosial dan vasiasi bahasa yang diucapkan dapat mempengaruhi ingkat kesantunan seseorang untuk bertutur. Pilihan atas formulasi kesantunan tergantung pada jarak sosial dan kekuasaan diantara kedua pihak. Apabila terdapat jarak sosial, kesantunan dikodekan dan terdapat banyak ketidaklangsungan ujaran. Ketika jarak sosial berkurang, berkurang pula negatif politeness dan ketidaklangsungan. Variabel yang menentukan jarak sosial adalah tingkat keakraban, perbedaan status, peran, usia, gender, pendidikan, kelas, pekerjaan dan etnisitas.
 
3.      Konteks Budaya 
Bahasa bagian dari kebudayaan. Kebudayaan merupakan sistem yang mengatur interakasi manusia, sedangkan kebahasaan merupakan sistem yang berfungsi sebagai sarana keberlangsungan sarana itu.  Silzer (dalam Abdul Chaer, 1995:218) mengatakan “bahasa dan budaya merupakan dua buah fenomena yang terikat yang tidak dapat dipisahkan”. Bahasa bukan hanya menentukan corak budaya tetapi juga menentukan cara dan jalan pikiran manusia, dan oleh karena itu, mempengaruhi pula tindak lakunya. Dengan kata lain, suatu bangsa yang berbeda bahasanya dari bangsa lain, akan mempunyai corak budaya dan jalan pikiranya yang berbeda pula. Jadi, perbedaan-perbedaan budaya dan jalan pikiran manusia itu bersumber dari perbedaan bahasa atau tanpa adanya bahasa manusia tidak mempunyai pikiran sama sekali. Kalau bahasa itu mempengaruhi kebudayaan dan jalan pikiran manusia, ciri-ciri yang ada dalam suatu bahasa akan tecermin pada sikap dan budaya penuturnya.
 
Faktor yang Menggagalkan Komunikasi
Faktor-faktor Penghambat Komunikasi
 
a.       Hambatan sosio-antro-psikologis
Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi, terutama situasi yang berhubungan dengan faktor-faktor sosiologis-antropologis-psikologis.
Masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan lapisan yang menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi.
Komunikasi akan berjalan lancar jika suatu pesan yang disampaikan komunikator diterima oleh komunikan secara tuntas, yaitu diterima dalam pengertian received atau secara inderawi, dan dalam pengertian accepted atau secara rohani.
Seorang pemirsa televisi mungkin menerima acara yang disiarkan dengan baik karena gambar yang tampil pada pesawat televisi amat terang dan suara yang keluar amat jelas, tetapi mungkin ia tidak dapat menerima ketika seorang pembicara pada acara itu mengatakan bahwa daging babi lezat sekali. Si pemirsa tadi hanya menerimanya dalam pengertian accepted. Jadi teknologi komunikasi tanpa dukungan kebudayaan tidak akan berfungsi.
Faktor psikologis seringkali menjadi hambatan dalam komunikasi. Hal ini umumnya disebabkan si komunikator sebelum melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan. Komunikasi sulit untuk berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psokologis lainnya; juga jika komunikasi menaruh prasangka (prejudice) kepada komunikator.
Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karna orang yang berprasangka belum apa-apa bersikap menentang komunikator. Pada orang yang bersifat prasangka emosinya menyebabkan dia menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran secara rasional.
Prasangka sebagai faktor psikologis dapat disebabkan oleh aspek antropologis dan sosiologis; dapat terjadi pada ras, bangsa, suku bangsa, agama, partai politik, kelompok dan apa saja yang bagi seseorang merupakan suatu perangsang disebabkan dalam pengalamannya pernah di beri kesan yang tidak enak. (Effendy, 1986 : 13)
 
b.      Hambatan Semantis
Jika hambatan sosiologis-antropologis-psikologis terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan semantis terdapat pada diri komunikator.
Faktor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasinya, seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation), yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscomunication).
 
c.       Hambatan mekanis
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang kita alami dalam kehiduan sehari-hari; suara telepon yang krotokan, ketika huruf yang buram pada surat, suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, berita surat kabar yang sulit dicari sambungan kolomnya, gambar yang meliuk-liuk pada pesawat televisi, dan lain-lain.
 
d.      Hambatan Ekologis
Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungannya.
Contoh hambatan ekologis adalah suara riuh orang-orang atau kebisingan lalu-lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat, dan lain-lain pada saat komunikator sedang berpidato. (Effendy, 1986 : 16)

Faktor Kebahasaan Sebagai Penanda Kesantunan
Faktor kebahasaan yaitu faktor-faktor yang menyangkut masalah bahasa yang seharusnya dipenuhi pada waktu seseorang berbicara. Berikut ini pembahasan satu persatu tentang faktor-faktor kebahasaan tersebut.
 
Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi yang kurang tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik.pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang dianggap cacat bisa mengalihkan perhatian pendengar. 
 
2.       Penempatan Tekanan, Nada, dan Durasi yang Sesuai
Kesesuaian tekanan, nada dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan factor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, apabila disampaikan dengan penempatan tekanan, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan masalah menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hamper dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan, dan keefektifan berbicara menjadi berkurang.
 
3.       Diksi atau Pilihan Kata
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar. pemilihan kata yang bertele-tele akan membuat aktivitas komunikasi yang terjadi tidak sesuai dengan tujuan awal, dan akan berakhir menjadi kebingungan antara petutur dan mitra tutur.

4.       Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat yang efektif akan memudahkan pendengar memahami isi pembicaraan. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, menimbulkan kesan, atau menimbulkan akibat. Dalam peristiwa komunikasi, kalimat tidak hanya berfungsi sebagai penyampaian dan penerimaan informasi belaka, tetapi mencakup semua aspekekspresi kejiwaan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Pranowo. 2015. TEORI BELAJAR BAHASA. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
http://dmsprmn.blogspot.com/2012/10/bahasa-indonesia-secara-baik-dan-benar.html
http://denyseto.blogspot.com/2013/10/penggunaan-bahasa-indonesia-yang-baik_24.html
https://aliseptiansyah.wordpress.com/2014/10/08/penggunaan-bahasa-indonesia-dengan-baik-dan-benar/
http://www.ilmusahid.com/2015/09/pengertian-komunikasi-tujuan-komunikasi.html
http://www.gurungapak.com/2016/04/fungsi-komunikatif-bahasa.html
http://yunitamartha.weblog.esaunggul.ac.id/tag/faktor-faktor-penghambat-komunikasi/
http://wew-kelasx.blogspot.co.id/2011/08/faktor-kebahasaan-dan-nonkebahasaan.html

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Chipset yang Sering Digunakan di Smartphone saat ini.

    Chipset merupakan sebuah komponen penting bagi Smartphone dan penggunanya. Banyak pengguna Smartphone yang pilih-pilih terlebih da...