A.
PENGERTIAN
KESALAHAN BERBAHASA
Kesalahan berbahasa adalah penyimpangan kaidah dalam pe- makaian
bahasa. Kesalahan berbahasa dapat terjadi pada anak kecil maupun orang dewasa.
Jika kesalahan itu dilakukan oleh anak kecil yang sedang dalam proses menguasai
B1 biasanya disebut errors (silap). Sementara itu, jika penyimpangan
dilakukan oleh orang dewasa (yang sudah dianggap menguasaibahasa pertama)
disebut mistake (kesalahan). Pertanyaan yang sering muncul adalah penyimpangan
jenis manakah jika seorang anak kecil (sebelum masa pubertas) sudah berusaha
menguasai bahasa kedua atau bahasa asing. jawaban atas pernyataan seperti itu tidak mudah. Jika jawaban itu bertolak
dari proses penguasaan bahasa pertama pada anak kecil, proses penguasaan B2
atau bahasa asing mestinya terjadi seperti proses penguasaan bahasa ibu (Bl)
karena mereka belum melampaui masa pubertas dan belum terjadi proses
penyebelahan fungsi otak (lateralisasi). Para ahli belajar bahasa menyebutnya
dengan isiilah pemerolehan (acquisition).
Hal ini bisa benar dan bisa salah. Jika anak kecil menguasai B2 atau bahasa
asing dengan mendapat lingkungan masyarakat ber-B2 atau berbahasa asing, proses
penguasaannya sama seperti ketika mereka menguasai B1.
Bagaimana dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Selama bertahun-tahun pengajaran BI selalu
memandang bahwa penyimpangan bahasa seorang pembelajar yang sedang berusaha
menguasai bahasa selalu dianggap sebagai kesalahan. Anggapan
demikian kurang memperhatikan aspek psikologis pembelajar, karena setiap orang
yang ingin menguasai sesuatu yang baru pasH melalui proses.
B.
BAHASA ANTARA BUKAN KESALAHAN
BERBAHASA
Bahasa antara merupakan bahasa yang dihasilkan oleh seseorang yang sedang
dalam proses menguasai bahasa ke bahasa
antara (interlanguage) adalah adanya penyimpangan struktur lahir dalam bentuk kesilapan (errors)
berbahasa. Kesilapan-kesilapan ini
bersifat sistemis dan terjadi pada setiap orang yang berusaha menguasai bahasa kedua.
Kesilapan-kesilapan yang dilakukan oleh orang
yang sedang berusaha menguasai bahasa kedua harus dipandang sebagai kesilapan yang dilakukan oleh seorang anak kecil, yang sedang berusaha
belajar bahasa ibu (Bl). Seorang anak kecil yang tidak mampu mengucapkan /r/ pada kata 'tri' atau /q/ pada kata 'Qur-an' apakah akan kita
salahkan apabila ia mengucapkan 'tli' dan 'Kolan'. Kesalahan seperti itu
merupakan kesalahan yang dilakukan oleh semua anak kecil di seluruh dunia.
Kesalahan_kesalahan berbahasa demikian. Corder (1971) mem bedakan
istilah salah (mistake), selip (lapses), dan silap (errors).
Salah (mistake) adalah penyimpangan struktur lahir yang terjadi karena
penutur tidak mampu menentukan pilihan penggunaan ungkapar yang tepat sesuai
dengan situasi yang ada. Penyimpangan pemakai. an bahasa seperti ini biasa
dilakukan oleh orang dewasa yang tidal, menguasai kaidah bahasa secara baik.
Selip (lapses) merupakan penyimpangan bentuk lahir karena
beralihnya pusat perhatian topik pembicaraan secara sesaat. Kelelahan tubuh
bisa menimbulkan selip bahasa. Dengan demikian selip bahasa terjadi secara
tidak disengaja. Kesalahan berbahasa yang disebut "selip" disebabkan
oleh faktor non-lingual, seperti kelelahan, kehilangan konsentrasi,
tergesa-gesa dan sebagainya.
Silap (errors).merupakan penyimpangan bentuk lahir dari struktur
baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa.
Faktor yang menyebabkan timbulnya kesilapan adalah faktor kebahasaan yang mengikuti
pola-pola tertentu. Seorang anak kecil (yang sedang dalam proses menguasai
bahasa pertama) atau orang dewasa (yang sedang dalam proses menguasai bahasa
kedua atau bahasa asing) sangat wajar jika melakukan kesalahan pemakaian bahasa
yang masih dalam proses dikuasai. Corder menyebut dengan istilah errors of
competence.
C.
SEBAB TERJADINYA KESALAHAN DALAM PROSES BELAJAR BAHASA
Proses sentral adalah proses belajar bahasa
kedua atau bahasa asing yang terjadi pada sistem kognisi pembelajar. Sistem
kognisi berkembang sesuai dengan tahap perkembangan pikiran. Oleh karena itu,
ketika pikiran memproses informasi yang diterima dan meresponsnya disesuaikan dengan tahap
perkembangan pikiran. Hal inilah yang menjadi sebab timbulnya
kesalahan berbah.asa pada seorang pembelajar bahasa. Berkaitan dengan proses
sentral ini, banyak ahli pengajaran bahasa yang mengindentifikasi terjadinya
pada "bahasa antara" (interl.anguage) pembelajar yang sedang berusaha
menguasai B2.
D.
LANGKAH
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
Berdasarkan judul bab ini yaitu "Analisis Kesalahan
Berbahasa-' uraian analisis kesilapan di
atas belum menampakkan manfaatnya.
Secara teoretis AKS dapat dipakai untuk menganalisis bahasa pembelajar dengan tujuan untuk mendiagnosis
kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh
pembelajar dalam proses menguasai B2.
Langkah analisis kesilapan Corder (1971) mengemukakan tiga tahap.
Pertama, tahap mengenal kalimat-kalimat idiosinkretik.
Kaidah umum, bahwa setiap kalimat untuk sementara dianggap idiosinkretik.
Dengan melihat kalimat yang baik dan yang tidak baik susunannya, analis dapat
merekonstruksi kalimat yang dianggap benar oleh penutur B2 baik ekspresi maupun
konteksnya. Akhir analisis ini akan ditemukan kalimat yang baik dan tidak baik
strukturnya. Dengan demikian, analisis akan memperoleh sederetan kalimat yang
satu idiosinkretik dan yang satu tidak tetapi bermakna sama.
Kedua, mendeskripsikan bahasa antara berdasarkan pasangan-pasangan
kalimat yang baik dan jelek struktumya di atas tadi. Metode yang dipakai pada
dasarnya adaIah metode perbandingan dwibahasa. Dalam hal ini dua bahasa
dideskripsikan dalam kerangka seperangkat umum kategori-kategori dan relasi
tertentu.
Tahap ketiga, adalah penjelasan. Dua tahap pertama tadi bersifat
linguistis, maka tahap ini bersifat psikolinguistis. Penjelasan itu menyangkut
masalah mengapa bahasa antara itu "demikian adanya".
Setelah tahap-tahap analisis selesai kemudian dilanjutkan kepada tahap interpretasi. Dalam
menginterpretasi analis berusaha merekonstruksi kalimat. Kalimat hasil
rekonstruksi didasarkan pada interpretasi tentang apa yang ingin dikatakan oleh
pembelajar, berdasarkan makna yang dicoba diungkapkan oIeh pembelajar. Kebenaran
deskripsi analis sepenuhnya bergantung kepada kebenaran interpretasi terhadap
maksud yang dikehendaki pembelajar. Untuk dapat sampai kepada interpretasi yang
benar analis dapat bertanya kepada pembelajar mengenai maksudnya daIam BI dan
kemudian menerjemahkannya ke dalam B2. Langkah ini disebut interpretasi
otoritatif karena bahasa pembelajar tidak dapat ditemui, analis melakukan
interpretasi berdasarkan konteks linguistik dan konteks situasinya. Hasil
interpretasi ini disebut interpretasi kemungkinan. Oleh karena itu, hasilnya disebut rekonstruksi kemungkinan. Permasalahan
yang timbul dariinterpretasi demikian adalah jika ujaran yang keliru itu tidak
dapat ditemukan maksud pemakainya
E.
IMPLIKASI ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM PBI
Masyarakat Indonesia kebanyakan dwibahasawan dengan bahasa Daerah
(BD) sebagai Bl dan bahasa Indonesia (BI) sebagai B2. Penelitian kemampuan
berdwibahasa terhadap anak-anak SD di DIY oleh Dr. Soepomo menunjukkan bahwa
kemampuan ber- BI.nya masih lemah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kesalahan pembelajar dalam ber-BI. Sebab-sebab terjadinya kesalahan
adalah (1) pengertian yang kacau, (2) interferensi, (3) karena logika yang
belum masak, (4) karena analogi, dan (5) sikap sembrono (Soepomo, 1977):
Penelitian terhadap anak-anak SD kelas enam di Sumatera Selatan
disimpulkan bahwa mereka kurang mampu menyusun kosakata dalam berbahasa
Jndonesia yang diberikan secara aktif maupun secara reseptif (Salahuddin dkk., 1981).
Penelitian terhadap kemampuan ber-BI anak-anak SMP Sumatera Barat
lewat Membaca dan Menulis juga belum mendapatkan gambaran yang menggembirakan
mengingat hasil maksimal kemampuan membaca dan menulis hanyalah sedang (Ranjad,
1981).
Menelusuri ketiga hasil penelitian di atas hampir semuanya membuktikan ketidakmampuan ber-BI para
pembelajar baik di SD maupun SMP. Dari ketiga penelitian yang ada hanya
penelitian Dr. Soepomo yang memberikan deskripsi sebab-sebab ketidak- mampuan
berbahasa, sedangkan dua penelitian berikutnya tidak memberikan deskripsi
apa-apa kecuali hanya menunjukkan kesalahan-kesalahan yang ada.
Berdasarkan dua penelitian di atas kiranya dapat diasumsikan bahwa
kebanyakan peneliti bahasa dan guru bahasa belum mampu n'engidentifikasi
sebab-sebab kesalahan serta seberapa tingkat
kesalahan yang diperbuat oleh pembelajar dalam berbahasa.
Bertolak dari teori-teori dasar analisis "bahasa antara"
melalui analisis kesalahan serta
berbagai sebab terjadinya, kiranya analisis kesalahan dapat diterapkan untuk
meningkatkan keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Argumen-argumen
yang dikemukakan antara lain:
a.
masyarakat
Indonesia yang kebanyakan dwibahasawan dengan
Bl berupa BD memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan
kesalahan ber- BI,
b.
kemunginan
timbulnya kesulitan guru untuk menerapkan analisis kesalahan dalam pengajaran
bahasa (BI) sangat kecil karena semua guru menguasai BI secara baik sedang
seandainya guru tidak menguasai BI, pembelajar tidak ada kesulitan untuk mendapatkan
bantuan penutur asli.
c.
pembelajar-pembelajar
kebanyakan bukan orang yang asing sama sekali dengan BI sehingga kemungkinan
keberhasilannya iauh lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Pranowo,TEORI BELAJAR BAHASA, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014