Rabu, 01 November 2017

Proses Belajar Bahasa



PROSES BELAJAR BAHASA
Ketika seseorang mulai belajar menguasai bahasa pertama (B1), mereka hidup dan tinggal di lingkungan masyarakat penutur B1 untuk keperluan hidup dengan masyarakat sekitarnya. Dan tidak mungkin bisa hidup tanpa menguasai bahasa masyarakatnya. Selain itu, mereka memperoleh situasi yang sangat kondusif karena semua orang di lingkungannya menggunakan bahasa secara aktif.
Sering kali kita belajar bahasa di sekolah melakukan kesalahan berbahasa. Bahkan ketika diuji dan dinilai, ada yang tidak lulus. Hal ini terjadi bukan saja untuk mempelajari B2 atau bahasa asing tetapi juga ketika mereka mempelajari B1. Banyak anak Indonesia yang diberi pelajaran B1 sebagai mata pelajaran muatan lokal, ternyata banyak yang tidak mahir. 
Pengertian proses pembelajaran yaitu suatu proses interaksi antara siswa dengan pengajar dan sumber belajar dalam suatu lingkungan. Pembelajaran merupakan bentuk bantuan yang diberikan pengajar supaya bisa terjadi proses mendapatkan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran serta tabiat, pembentukan sikap dan kepercayaan pada murid. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu murid supaya bisa belajar secara baik.
Berikut beberapa proses pembelajaran menurut beberapa teori.
PROSES BELAJAR BAHASA MODEL KRASHEN
Krashen mengemukakan 5 teori penting yang selanjutnya dijadikan dasar oleh peneliti lain, yaitu :
a)       Hipotesis pemerolehan dan belajar bahasa (the acquitition-and learning hyphotesis),
b)       Hipotesis urutan alamiah (the natural order hyphotesis),
c)       Hipotesis monitor (the monitor hyphotesis),
d)       Hipotesis masukan (the input hyphotesis), dan
e)       Hipotesis filter afektif (the affective filter hypothesis).
Hipotesis Pemerolehan dan Belajar Bahasa adalah Hipotesis yang menyatakan bahwa anak kecil dalam proses menguasai bahasa pertama dalam proses penguasaan bahasa bagi orang dewasa berbeda dengan anak kecil.
Hipotesis urutan alamiah adalah Hipotesis yang menyatakan bahwa kemampuan berbahasa seseorang itu terjenjang alamiah dan bersifat universal.
Hipotesis ketiga yaitu Hipotesis monitor adalah bahwa kegiatan bahasa melalui kaidah-kaidah kebahasaan yang dipelajari secara sadar hanya berfungs sebagai monitor dan editor.
Hipotesis keempat yaitu Hipotesis input, hipotesis ini menyatakan bahwa kemampuan berbahasa (out put) seseorang Bergantung kepada masukannya.
Hipotesis kelima adalah Hipotesis Filter Afektif, hipotesis ini menyatakan bahwa makin besar saringan afektif pembelajar akan semakin sukar menguasai bahasa kedua/asing.

PROSES BELAJAR BAHASA MODEL BIALYSTOK
Proses belajar bahasa model bialystok (1978) diorganisasikan dalam 3 tataran yaitu :
a)      Tataran Input berupa pengalaman berbahasa pembelajar yang telah dipajan (expouser) melalui belajar membaca dan belajar berbicara.
b)      Tataran Knowledge berupa cara penyimpanan informasi. Cara penyimpanan informasi meliputi penyimpanan secara implisit berupa pengetahuan intuitif.
c)      Tataran output bahasa adalah gambaran pemahaman dan pengungkapan bahasa.

PROSES BELAJAR BAHASA MODEL STEVICKS
Stevicks (1980) mengikuti jejak Krashen dan Bialystok  untuk menggeluti teori Monitor. Istilah Stevicks untuk menggambarkan proses penguasaan bahasa digambarkan dalam bentuk diagram yang disebut diagramLevertove Machine (mesin tenaga)
Ciri-ciri sebagai berikut :
a.        Hasil belajar disimpan dalam gudang pemerolehan.
b.        Belajar  bahasa bisa menjadi bahan output.
c.        Peranan dan fungsi pemerolehan dan belajar tidak terlalu pisah secara ketat.
d.        Faktor (afektif) menjadi rheostat (potensiometer) yang bisa membuat pembelajar sensitif terhadap sistem yang diperoleh.

PERDEBATAN PENDAPAT KRASHEN
Betapapun mapannya suatu teori selalu saja masih mempunyai lubang-lubang untuk diperdebatkan. Begitu juga teori Krashen. Kritik dikemukakan oleh McLauglin (1980) antara lain :
a.       Tidak ada kejelasan perbedaan antara pemerolehan dengan belajar karena tidak memiliki ukuran fisiologis.
b.      Perbedaan konsep sadar dengan ambang sadar serta kaidah dan perasaan juga tidak jelas karena seseorang dalam berbahasa tidak pernah tahu apakah mereka mempergunakan aturan (pikiran) ataukah perasaan untuk mempertimbangkan kegramatikalan suatu ungkapan bahasa.
c.       Penjelasan uratan alamiah dengan mendasarkan pada kondisi pemakaian monitor hanyalah bersifat sementara.

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM KURIKULUM 2013

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 dengan pembelajaran berbasis teks bertujuan agar dapat membawa peserta didiksesuai perkembangan mentalnya, dan menyelesaikan masalah kehidupan nyata dengan berpikir kritis. Dalam penerapannya, pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki prinsip, yaitu sebagai berikut.
a.     Bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan.
b.     Penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasan untuk mengungkapkan makna.
c.     Bahasa bersifat fungsional, artinya penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dipisahkan dari konteks, karena bentuk bahasa yang digunakan mmencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi pemakai/penggunanya.
d.     Bahasa merupakan sarana pembentukan berpikir manusia.
Dengan prinsip di atas, maka pembelajaran bahasa berbasis teks membawa implikasi metodologis pada pembelajaran yang bertahap. Hal ini diawali dari kegiatan guru membangun konteks, dilanjutkan dengan kegiatan pemodelan, membangun teks secara bersama-sama, sampai pada membangun teks secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan karena teks merupakan satuan bahasa yang mengandung pikiran dengan struktur yang lengkap. Guru harus benar-benar meyakini bahwa pada akhirnya peserta didik mampu menyajikan teks secara mandiri. Secara rinci tahapan tersebut sebagai berikut.
a.        Membangun konteks
Membangun kontek, yaitu melalui kegiatan mengamati teks dalam konteksnya dan menanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan teks yang diamatinya. Pada langkah membangun konteks peserta didik dapat didorong untuk memahami  nilai spiritual, nilai budaya, tujuan yang melatari bangun teks. Dalam proses ini peserta didik mengeksplorasi kandungan teks serta nilai-nilai yang tersirat di dalamnya. Di samping itu, peserta didik dapat mengungkap laporan hasil pengamatan untuk bahan tindak lanjut dalam kegiatan belajar.
b.        Membentuk model (Pemodelan)
Pemeodelan, yaitu melalui kegiatan mencoba dan menalar merumuskan model strukur fonologi, gramatikal, leksikal, dan makna teks dibacanya. Dalam langkah ini peserta didik didorong untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan memperhatikan (1)  simbol, (2) bunyi (3) tata bahasa dan (4) makna. Melalui analisis fakta dan data pada teks yang dipelajarinya peserta didik memperoleh model imbuhan, struktur imkata, frase, klausa, kalimat, maupun paragraf. Semua kegiatan tersebut peserta didik pelajari pada konteks pemakaiannya. Pada tahapan ini peserta didik dapat mengeksplorasi jenis teks yang dipelajarinya serta mengenali ciri-cirinya. Proses aktivitas pengenalan bukan sebagai tujuan akhir pembelajaran, melainkan sebagai awal kegiatan untuk mengembangkan daya cipta.
c.        Membangun teks bersama-sama
Membangun teks bersama/berkelompok, yaitu menyusun teks bersama masih dalam kegiatan mencoba, menalar, dan mencipta secara kolaboratif yang dilanjutkan dengan menyaji. Peserta menggunakan hasil mengeksplorasi model-model teks  untuk membangun teks dengan cara berkolaborasi dalam kelompok. Melalui kegiatan ini diharapkan semua peserta didik   dapat memperoleh pengalaman mencipta teks sebagai dasar untuk mengembangkan kompetensi individu.
d.        Mengembangkan teks secara mandiri
Mengembangkan teks secara mandiri, yaitu dengan titik tekan pada peserta didik dapat menunjukkan kompetensinya secara individual dalam mencipta. Oleh karena itu, dimensi kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia wajib memenuhi empat langkah dasar, enam langkah mengembangkan keterampilan beraktivitas secara saintifik, dua model  kegiatan koloboratif dan individual, dan berdimesi beraktivitas dan berkarya.
Untuk implemetasi dalam pembelajaran, guru dapat menggunakan model pembelajaran, antara lain model inkuiri based learning, discovery based learningproblem based learning, dan project based learning. Model-model tersebut masing-masing memiliki langkah kerja yang sistematis dalam penerapannya. Dalam penerapan model tidak ada satu model yang unggul dari model lain, namun guru perlu mencocokkan dengan lingkup materi dan strategi pembelajaran yang digunakan.


1 komentar:

Mengenal Chipset yang Sering Digunakan di Smartphone saat ini.

    Chipset merupakan sebuah komponen penting bagi Smartphone dan penggunanya. Banyak pengguna Smartphone yang pilih-pilih terlebih da...