PROSES BELAJAR
BAHASA
Ketika seseorang mulai belajar menguasai bahasa
pertama (B1), mereka hidup dan tinggal di lingkungan masyarakat penutur B1
untuk keperluan hidup dengan masyarakat sekitarnya. Dan tidak mungkin bisa
hidup tanpa menguasai bahasa masyarakatnya. Selain itu, mereka memperoleh
situasi yang sangat kondusif karena semua orang di lingkungannya menggunakan
bahasa secara aktif.
Sering kali kita belajar bahasa di sekolah melakukan
kesalahan berbahasa. Bahkan ketika diuji dan dinilai, ada yang tidak lulus. Hal
ini terjadi bukan saja untuk mempelajari B2 atau bahasa asing tetapi juga
ketika mereka mempelajari B1. Banyak anak Indonesia yang diberi pelajaran B1
sebagai mata pelajaran muatan lokal, ternyata banyak yang tidak mahir.
Pengertian proses pembelajaran yaitu suatu proses interaksi
antara siswa dengan pengajar dan sumber belajar dalam suatu lingkungan.
Pembelajaran merupakan bentuk bantuan yang diberikan pengajar supaya bisa
terjadi proses mendapatkan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran serta
tabiat, pembentukan sikap dan kepercayaan pada murid. Dapat dikatakan bahwa
pembelajaran adalah proses untuk membantu murid supaya bisa belajar secara baik.
Berikut beberapa proses pembelajaran menurut beberapa teori.
PROSES BELAJAR
BAHASA MODEL KRASHEN
Krashen
mengemukakan 5 teori penting yang selanjutnya dijadikan dasar oleh peneliti
lain, yaitu :
a) Hipotesis
pemerolehan dan belajar bahasa (the acquitition-and learning hyphotesis),
b) Hipotesis
urutan alamiah (the natural order hyphotesis),
c) Hipotesis
monitor (the monitor hyphotesis),
d) Hipotesis
masukan (the input hyphotesis), dan
e)
Hipotesis filter afektif (the affective filter
hypothesis).
Hipotesis Pemerolehan dan Belajar Bahasa adalah Hipotesis yang menyatakan bahwa anak
kecil dalam proses menguasai bahasa pertama dalam proses penguasaan bahasa bagi
orang dewasa berbeda dengan anak kecil.
Hipotesis urutan alamiah adalah Hipotesis yang menyatakan bahwa kemampuan
berbahasa seseorang itu terjenjang alamiah dan bersifat universal.
Hipotesis ketiga yaitu Hipotesis monitor adalah bahwa
kegiatan bahasa melalui kaidah-kaidah kebahasaan yang dipelajari secara sadar
hanya berfungs sebagai monitor dan editor.
Hipotesis keempat yaitu Hipotesis input, hipotesis ini
menyatakan bahwa kemampuan berbahasa (out put) seseorang Bergantung kepada
masukannya.
Hipotesis kelima adalah Hipotesis Filter Afektif, hipotesis ini
menyatakan bahwa makin besar saringan afektif pembelajar akan semakin sukar
menguasai bahasa kedua/asing.
PROSES BELAJAR
BAHASA MODEL BIALYSTOK
Proses belajar bahasa model bialystok (1978) diorganisasikan dalam 3
tataran yaitu :
a) Tataran Input berupa
pengalaman berbahasa pembelajar yang telah dipajan (expouser) melalui belajar
membaca dan belajar berbicara.
b) Tataran
Knowledge berupa cara penyimpanan informasi. Cara penyimpanan informasi
meliputi penyimpanan secara implisit berupa pengetahuan intuitif.
c) Tataran output bahasa
adalah gambaran pemahaman dan pengungkapan bahasa.
PROSES BELAJAR
BAHASA MODEL STEVICKS
Stevicks (1980) mengikuti jejak Krashen dan Bialystok untuk
menggeluti teori Monitor. Istilah Stevicks untuk menggambarkan proses
penguasaan bahasa digambarkan dalam bentuk diagram yang disebut diagramLevertove
Machine (mesin tenaga)
Ciri-ciri
sebagai berikut :
a.
Hasil belajar disimpan dalam gudang pemerolehan.
b.
Belajar bahasa bisa menjadi bahan output.
c.
Peranan dan fungsi pemerolehan dan belajar tidak
terlalu pisah secara ketat.
d.
Faktor (afektif) menjadi rheostat (potensiometer) yang
bisa membuat pembelajar sensitif terhadap sistem yang diperoleh.
PERDEBATAN
PENDAPAT KRASHEN
Betapapun mapannya suatu teori selalu saja masih mempunyai lubang-lubang
untuk diperdebatkan. Begitu juga teori Krashen. Kritik dikemukakan oleh
McLauglin (1980) antara lain :
a.
Tidak ada kejelasan perbedaan antara pemerolehan
dengan belajar karena tidak memiliki ukuran fisiologis.
b.
Perbedaan konsep sadar dengan ambang sadar serta
kaidah dan perasaan juga tidak jelas karena seseorang dalam berbahasa tidak
pernah tahu apakah mereka mempergunakan aturan (pikiran) ataukah perasaan untuk
mempertimbangkan kegramatikalan suatu ungkapan bahasa.
c.
Penjelasan uratan alamiah dengan mendasarkan pada
kondisi pemakaian monitor hanyalah bersifat sementara.
PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA DALAM KURIKULUM 2013
Pembelajaran
Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 dengan pembelajaran berbasis teks
bertujuan agar dapat membawa peserta didiksesuai perkembangan
mentalnya, dan menyelesaikan masalah kehidupan nyata dengan berpikir
kritis. Dalam penerapannya, pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki
prinsip, yaitu sebagai berikut.
a.
Bahasa
hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah
kebahasaan.
b.
Penggunaan
bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasan untuk mengungkapkan
makna.
c.
Bahasa
bersifat fungsional, artinya penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat
dipisahkan dari konteks, karena bentuk bahasa yang digunakan mmencerminkan ide,
sikap, nilai, dan ideologi pemakai/penggunanya.
d.
Bahasa
merupakan sarana pembentukan berpikir manusia.
Dengan
prinsip di atas, maka pembelajaran bahasa berbasis teks membawa implikasi
metodologis pada pembelajaran yang bertahap. Hal ini diawali dari kegiatan guru
membangun konteks, dilanjutkan dengan kegiatan pemodelan, membangun teks secara
bersama-sama, sampai pada membangun teks secara mandiri. Kegiatan ini
dilakukan karena teks merupakan satuan bahasa yang mengandung pikiran dengan
struktur yang lengkap. Guru harus benar-benar meyakini bahwa pada akhirnya
peserta didik mampu menyajikan teks secara mandiri. Secara rinci tahapan
tersebut sebagai berikut.
a.
Membangun
konteks
Membangun
kontek, yaitu melalui kegiatan mengamati teks dalam
konteksnya dan menanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
teks yang diamatinya. Pada langkah membangun konteks peserta didik dapat
didorong untuk memahami nilai spiritual, nilai budaya, tujuan yang
melatari bangun teks. Dalam proses ini peserta didik mengeksplorasi
kandungan teks serta nilai-nilai yang tersirat di dalamnya. Di samping
itu, peserta didik dapat mengungkap laporan hasil pengamatan untuk bahan
tindak lanjut dalam kegiatan belajar.
b.
Membentuk
model (Pemodelan)
Pemeodelan,
yaitu melalui kegiatan mencoba dan menalar merumuskan model strukur fonologi,
gramatikal, leksikal, dan makna teks dibacanya. Dalam langkah ini
peserta didik didorong untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan memperhatikan
(1) simbol, (2) bunyi (3) tata bahasa dan (4) makna. Melalui analisis
fakta dan data pada teks yang dipelajarinya peserta didik memperoleh model
imbuhan, struktur imkata, frase, klausa, kalimat, maupun paragraf. Semua
kegiatan tersebut peserta didik pelajari pada konteks pemakaiannya.
Pada tahapan ini peserta didik dapat mengeksplorasi jenis teks yang
dipelajarinya serta mengenali ciri-cirinya. Proses aktivitas pengenalan bukan
sebagai tujuan akhir pembelajaran, melainkan sebagai awal kegiatan untuk
mengembangkan daya cipta.
c.
Membangun
teks bersama-sama
Membangun
teks bersama/berkelompok, yaitu menyusun teks bersama masih dalam kegiatan
mencoba, menalar, dan mencipta secara kolaboratif yang dilanjutkan dengan
menyaji. Peserta menggunakan hasil mengeksplorasi model-model teks
untuk membangun teks dengan cara berkolaborasi dalam kelompok. Melalui kegiatan
ini diharapkan semua peserta didik dapat memperoleh pengalaman mencipta
teks sebagai dasar untuk mengembangkan kompetensi individu.
d.
Mengembangkan
teks secara mandiri
Mengembangkan
teks secara mandiri, yaitu dengan titik tekan pada peserta didik dapat
menunjukkan kompetensinya secara individual dalam mencipta. Oleh karena
itu, dimensi kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia wajib memenuhi empat
langkah dasar, enam langkah mengembangkan keterampilan beraktivitas secara
saintifik, dua model kegiatan koloboratif dan individual, dan berdimesi
beraktivitas dan berkarya.
Untuk
implemetasi dalam pembelajaran, guru dapat menggunakan model pembelajaran, antara lain model inkuiri based learning,
discovery based learning, problem based learning, dan project
based learning. Model-model
tersebut masing-masing memiliki langkah kerja yang sistematis dalam
penerapannya. Dalam penerapan model tidak ada satu model yang unggul dari
model lain, namun guru perlu mencocokkan dengan lingkup materi
dan strategi pembelajaran yang digunakan.
Tolong cantumkan sumber ya
BalasHapus